Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Selasa, 07 Agustus 2012

Spirit Ramadhan Memberikan Kita Kebahagiaan | Cahyadi Takariawan

Bahagia sering sekali dihubungkan dengan kesejahteraan dan materi. Padahal, bahagia itu terletak di dasar hati.

Oleh : Cahyadi Takariawan

Sudah sangat sering saya menyampaikan hal ini. Mudah sekali kita membuat urutan daftar kekayaan para konglomerat dunia, namun sulit bagi kita untuk membuat urutan daftar kebahagiaan. Kekayaan materi itu kuantitatif, sehingga mudah dibuat urutan, sedangkan kebahagiaan itu kualitatif. Berikut adalah beberapa nama konglomerat dunia yang berhasil diurutkan jumlah kekayaannya, dihttp://uniqpost.com.

Carlos Slim Helu tiga kali menempati posisi tertinggi di daftar 10 orang terkaya di dunia, berturut-turut dari tahun 2010. Kekayaan pebisnis telekomunikasi asal Meksiko ini mencapai US$ 69 miliar. Berikutnya, pemilik Microsoft, Bill Gates menempati urutan kedua dengan total kekayaan mencapai US$ 61 miliar. Urutan berikutnya adalah Waren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, sebuah perusahaan konglomerasi yang memiliki banyak anak perusahaan. Nilai kekayaannya menembus angka US$ 44 miliar. Berikutnya adalah Amancio Ortega dengan kekayaan sebesar US$ 37,5 miliar, dari Zara.

Kita membayangkan, betapa mudahnya mereka membeli kebahagiaan. Namun, benarkan bahagia bisa dibeli dengan materi? Sebagiannya bisa, tapi bagian lainnya tidak bisa. Perhatikan apa yang bisa dibeli oleh orang-orang kaya, yang memiliki harta melimpah ruah, namun tidak memiliki spiritualitas atau ruhani yang mencukupi.

Orang-orang kaya itu bisa membeli ranjang berlapis emas murni, namun tidak bisa membeli tidur nyenyak. Mereka bisa membeli rumah mewah di tengah kemegahan dan hingar bingar Times Square New York, namun tidak bisa membeli ketenangan hati. Mereka bisa membeli obat-obatan mahal, namun tidak bisa membeli kesehatan. Mereka bisa membeli rumah sakit bertaraf internasional dengan dokter-dokter spesialis yang sangat lengkap, namun tidak bisa membeli kehidupan. Mereka bisa membeli seks, namun tidak bisa membeli cinta.

Lihat apa yang bisa dibeli oleh Christina Aguilera. Mudah baginya membeli rumah mewah di kawasan elit Beverly Hills, namun toh ia merasa tidak bahagia. Penyanyi Amerika Serikat itu menjual rumah mewah miliknya di Beverly Hills, dengan harga US$13,5 juta atau setara dengan Rp121,5 miliar. Dilansir dari lamanDaily Mail, rumah tersebut dibeli Aguilera sebesar US$11,5 juta atau setara dengan Rp103,5 miliar dari keluarga Osbourne pada 2008 lalu. Aguilera menjual rumah tersebut, setelah bercerai dari Jordan Bratman. Rumah Aguilera menerapkan berbagai desain interior, mulai dari gothic hingga kontemporer.

Rumah yang terdiri dari enam kamar tidur dan sembilan kamar mandi ini didominasi dengan warna pink dan merah. Rumah tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai dari gym, ruang permainan, ruang untuk menonton film, studio rekaman, hingga kolam renang. Ternyata Aguilera hanya bisa membeli rumah mewah di kawasan sangat bergengsi, namun tidak bisa membeli kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Lihat pula apa yang bisa dibeli oleh Oprah Winfrey. Ratu talk show ini memiliki sebuah hunian mewah senilai US$55 atau sekitar Rp 500 miliar di kawasan Santa Barbara, California. Rumah seluas 2.136 meter persegi dengan panorama gunung dan laut itu dilengkapi home theater, danau buatan, enam kamar tidur, 14 kamar mandi, dan 10 perapian. Namun, wanita yang dinobatkan sebagai wanita pesohor terkaya dengan kekayaan senilai US$ 2,4 miliar itu memutuskan tak menempatinya. Sehari-sehari, ia memilih tinggal di sebuah villa bergaya Italia seharga Rp 60 miliar.

Ramadhan dan Kebahagiaan

Spirit Ramadhan telah membangkitkan religiusitas kita. Pada bulan mulia ini kesadaran ruhani memuncak, dimana pelatihan pengendalian diri berjalan sangat efektif. Suasana spiritual kita semakin meningkat, dan membuat kita semakin dekat dengan Allah. Inilah yang menjadi pondasi bagi hadirnya perasaan bahagia dalam jiwa, dalam dasar hati kita.

Penelitian yang dilakukan oleh tim University of Illinois bersama Gallup Organization yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology, Agustus 2011 membuktikan bahwa saat menghadapi konflik atau situasi sulit, orang yang religius lebih bisa bertahan dan tetap merasakan kebahagiaan dibanding kaum atheis.

Peneliti melakukan analisa data yang dikumpulkan dari tahun 2005 hingga 2009 terhadap orang di 150 negara yang berbicara tentang agama, kepuasan hidup, dan dukungan sosial. Peneliti menemukan bahwa agama memberi dukungan emosional ketika kebutuhan mendasar seperti makanan, pekerjaan, rasa aman, dan pendidikan tidak terpenuhi. Selain itu, orang yang religius cenderung merasa lebih terhormat dan lebih sedikit memiliki perasaan negatif dibanding mereka yang tidak religius.

Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa orang religius lebih bisa merasakan kebahagiaan daripada mereka yang tidak religius. Senyampang masih Ramadhan, mari kita optimalkan untuk peningkatan ruhaniyah kita. Dengan itu kita akan memiliki modal dasar untuk selalu merasakan kebahagiaan.

Kumpulan Hadits Lailatul Qadar

Lailatul Qadar merupakan malam yang dinanti-nantikan umat Islam untuk mendapatkannya. Tersebab malam itu lebih baik dari seribu bulan, menjadikan umat Muhammad berkesempatan melampaui umat sebelumnya dalam nilai ibadah, meskipun umurnya lebih singkat. Bagaimana keutamaan lain lailatul qadar, tanda-tanda lailatul qadar, kapan terjadinya, dan doa apa yang perlu diucapkan sewaktu mendapatkan lailatul qadar? Berikut ini kumpulan hadits lailatul qadar, semoga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Hadits Keutamaan Lailatul Qadar

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa qiyamullail pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan perhitungan (pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa qiyamullail pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan perhitungan (pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari)

Hadits Kapan Terjadinya Lailatur Qadar

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ

Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan (HR. Bukhari)

رَأَى رَجُلٌ أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِى الْوِتْرِ مِنْهَا

Seseorang bermimpi bahwa lailatul qadar terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Maka Nabi SAW bersabda, "Aku melihat mimpi kalian bertemu pada sepuluh hari terakhir, maka hendaklah ia mencarinya (lailatul Qadar) pada malam-malam ganjil." (HR. Muslim)

أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْمَنَامِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

Sesungguhnya sebagian sahabat Nabi SAW bermimpi lailatul qadar terjadi pada tujuh hari terakhir (Ramadhan). Maka Rasulullah SAW bersabda, "Aku melihat mimpi kalian bertemu pada tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencarinya, hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir." (HR. Bukhari)

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

Carilah lailatul qadar pada tujuh malam terakhir (HR. Muslim)

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

Carilah ia -lailatul qadar- di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia kalah di tujuh malam terakhir. (HR. Muslim)

قَالَ أُبَىٌّ وَاللَّهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِنَّهَا لَفِى رَمَضَانَ - يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِى - وَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ أَىُّ لَيْلَةٍ هِىَ. هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

Ubay (bin Ka'ab) berkata, "Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya ia terjadi di bulan Ramadhan. Dan demi Allah sesungguhnya aku mengetahui malam itu. Ia adalah malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk qiyamullail, yaitu malam kedua puluh tujuh. Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih yang tidak bersinar-sinar menyilaukan." (HR. Muslim)

قَالَ أُبَىٌّ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ - وَإِنَّمَا شَكَّ شُعْبَةُ فِى هَذَا الْحَرْفِ - هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Ubay (bin Ka'ab) berkata tentang lailatul qadar, "Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ia adalah malam yang Rasulullah SAW memerintahkan untuk qiyamullail, yaitu malam dua puluh tujuh (Ramadhan) –Syu'bah (salah seorang perawi) ragu dengan kata "amarana" atau "amarana bihaa". (HR. Muslim)

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Barangsiapa ingin mencarinya (lailatul qadar), hendaklah ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh. (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)

Hadits Doa Lailatul Qadar

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Dari Aisyah ia berkata, "Aku bertanya, 'Ya Rasulullah jika aku mengetahui bahwa malam itu adalah lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan waktu itu?' Rasulullah bersabda, 'Ucapkanlah: Allaahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah aku).' (HR. Tirmidzi, shahih menurut Al-Albani).

Demikian kumpulan hadits lailatul qadar, semoga bisa menjelaskan kepada kita keutamaan lailatul qadar, tanda-tanda lailatul qadar, kapan terjadinya, dan doa apa yang perlu diucapkan sewaktu mendapatkan lailatul qadar kemudian kita termotivasi untuk bersungguh-sungguh mencarinya. Wallaahu a'lam bish shawab.


www.bersamadakwah.com

Hukum dan Adab I'tikaf


Oleh Abdullah Haidir, Lc
PIP PKS Arab Saudi


Definisi:

I'tikaf (الاعتكاف) dari segi bahasa berasal dari kata (العكوف). Artinya; Menetap dan berada di sekitarnya pada masa yang lama. Seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya: 52 dan surat Asy-Syu'ara: 71.

Sedangkan dari segi istilah, yang dimaksud i'tikaf adalah menetap di masjid dalam waktu tertentu dengan niat beribadah.


Landasan Hukum:

Syariat I'tikaf dinyatakan dalam Alquran, hadits dan perbuatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta para sahabat.

- Dalam surat Al Baqarah ayat 125 Allah Ta'ala berfirman,

أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (سورة البقرة: 135)

"…Bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud." (QS. Albaqarah: 125)

Aisyah radhiallahu anha berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (متفق عليه)

"Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan hingga beliau wafat. Kemudian para isterinya melakukan I'tikaf sesudahnya." (Muttafaq alaih).

Para ulama sepakat bahwa i'tikaf adalah perbuatan sunah baik bagi laki-laki maupun wanita. Kecuali jika seseorang bernazar untuk i'tikaf, maka dia wajib menunaikan nazarnya.


Lama i'tikaf dan Waktunya

Pendapat yang kuat bahwa lama I'tikaf minimal sehari atau semalam, berdasarkan riwayat dari Umar bin Khattab, bahwa beliau menyampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa dirinya di masa jahiliah pernah bernazar untuk I'tikaf di Masjidilharam selama satu malam, maka Rasulullah saw bersabda, 'Tunaikan nazarmu." (HR. Abu Daud dan Tirmizi)

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa I'tikaf dapat dilakukan walau beberapa saat saja diam di masjid. Namun, selain bahwa hal ini tidak ada landasan dalilnya, juga tidak sesuai dengan makna I'tikaf yang menunjukkan berdiam di suatu tempat dalam waktu yang lama. Bahkan Imam Nawawi yang mazhabnya (Syafii) berpendapat bahwa i'tikaf boleh dilakukan walau sesaat tetap menganjurkan agar I'tikaf dilakukan tidak kurang dari sehari, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat bahwa mereka melakukan i'tikaf kurang dari sehari.

Sedangkan lama maksimal i'tikaf tidak ada batasnya dengan syarat seseorang tidk melalaikan kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya atau melalaikan hak-hak orang lain yang menjadi kewajibannya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di tahun wafatnya pernah melakukan I'tikaf selama dua puluh hari (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Adapun waktu i'tikaf, berdasarkan jumhur ulama, sunah dilakukan kapan saja, baik di bulan Ramadan maupun di luar bulan Ramadan. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan i'tikaf di bulan Syawal (Muttafaq alaih). Beliau juga diriwayatkan pernah i'tikaf di awal, di pertengahan dan akhir Ramadan (HR. Muslim). Namun waktu i'tikaf yang paling utama dan selalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lakukan hingga akhir hayatnya adalah pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan.


Masjid Tempat I'tikaf

Masjid yang disyaratkan sebagai tempat i'tikaf adalah masjid yang biasa dipakai untuk shalat berjamaah lima waktu. Lebih utama lagi jika masjid tersebut juga digunakan untuk shalat Jum'at. Lebih utama lagi jika dilakukan di tiga masjid utama; Masjidilharam, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.

Terdapat atsar dari Ali bin Thalib dan Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa i'tikaf tidak sah kecuali di masjid yang dilaksanakan di dalamnya shalat berjamaah (Mushannaf Abdurrazzaq, no. 8009). Disamping, jika i'tikaf dilakukan di masjid yang tidak ada jamaah shalat fardhu, peserta i'tikaf akan dihadapkan dua perkara negatif; Dia tidak dapat shalat berjamaah, atau akan sering keluar tempat i'tikafnya untuk shalat berjamaah di masjid lain.

Yang dimaksud masjid sebagai tempat i'tikaf adalah tempat yang dikhususkan untuk shalat dan semua area yang bersambung dengan masjid serta dibatasi pagar masjid, termasuk halaman, ruang menyimpan barang, atau kantor di dalam masjid.

Secara tekni, akan lebih baik jika masjidnya memiliki fasilitas yang dibutuhkan peserta i'tikaf, seperti tempat MCK yang cukup, atau ruangan yang luas tempat tidur dan menyimpan barang bawaan.


Kapan mulai I'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan dan kapan berakhir?

Jumhur ulama berpendapat bahwa i'tikaf dimulai sejak sebelum matahari terbenam di malam ke-21 Ramadan. Berdasarkan kenyataan bahwa malam 21 adalah bagian dari sepuluh malam terakhir Ramadan, bahkan termasuk malam ganjil yang diharapkan turun Lailatul Qadar. Ada juga yang berpendapat bahwa awal i'tikaf dimulai sejak shalat Fajar tanggal 21 Ramadan. Berdasarkan hadits Aisyah ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika hendak i'tikaf, beliau shalat Fajar, setelah itu beliau masuk ke tempat i'tikafnya (HR. Muslim).

Adapun waktu berakhirnya, sebagian ulama berpendapat bahwa i'tikaf berakhir ketika dia akan keluar untuk melakukan shalat Id, namun tidak terlarang jika dia ingin keluar sebelum waktu itu. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa waktu i'tikaf berakhir sejak matahari terbenam di hari terakhir Ramadan.


I'tikaf Bagi Wanita

Wanita dibolehkan melakukan I'tikaf berdasarkan keumuman ayat. Juga berdasarkan hadits yang telah disebutkan bahwa isteri-isteri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan i'tikaf. Terdapat juga riwayat bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan Aisyah dan Hafshah untuk melakukan I'tikaf (HR. Bukhari)

Namun para ulama umumnya memberikan syarat bagi wanita yang hendak melakukan I'tikaf, yaitu mereka harus mendapatkan izin dari walinya, atau suaminya bagi yang sudah menikah, tidak menimbulkan fitnah, ada tempat khusus bagi wanita di masjid dan tidak sedang dalam haidh dan nifas.


Keluar dari Masjid saat I'tikaf

Secara umum, orang yang sedang i'tikaf tidak boleh keluar dari masjid. Kecuali jika ada kebutuhan pribadi mendesak yang membuatnya harus keluar dari masjid.

Aisyah radhillahu anha berkata,

وَإِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُدْخِلُ عَلَيَّ رَأْسَهُ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لاَ يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانَ مُعْتَكِفًا (متفق عليه)

"Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyorongkan kepalanya kepadaku sedangkan dia berada di dalam masjid, lalu aku menyisir kepalanya. Beliau tidak masuk rumah kecuali jika ada kebutuhan, jika sedang I'tikaf." (Muttafaq alaih)

Perkara-perkara yang dianggap kebutuhan mendesak sehingga seorang yang i'tikaf boleh keluar masjid adalah; buang hajat, bersuci, makan, minum, shalat Jumat dan perkara lainnya yang mendesak, jika semua itu tidak dapat dilakukan atau tidak tersedia sarananya dalam area masjid.

Keluar dari masjid karena melakukan hal-hal tersebut tidak membatalkan I'tikaf. Dia dapat pulang ke rumahnya untuk melakukan hal-hal tersebut, lalu lekas kembali jika telah selesai dan kemudian meneruskan kembali i'tikafnya. Termasuk dalam hal ini adalah wanita yang mengalami haid atau nifas di tengah i'tikaf.

Akan tetapi jika seseorang keluar dari area masjid tanpa kebutuhan mendesak, seperti berjual beli, bekerja, berkunjung, dll. Maka i'tikafnya batal. Jika dia ingin kembali, maka niat i'tikaf lagi dari awal.

Bahkan, orang yang sedang i'tikaf disunahkan tidak keluar masjid untuk menjenguk orang sakit, menyaksikan jenazah dan mencumbu isterinya, sebagaimana perkataan Aisyah dalam hal ini (HR. Abu Daud).


Pembatal I'tikaf

Berdasarkan ayat yang telah disebutkan, bahwa yang jelas-jelas dilarang saat I'tikaf adalah berjimak. Maka para ulama sepakat bahwa berjimak membatalkan I'tikaf. Adapun bercumbu, sebagian ulama mengatakan bahwa hal tersebut membatalkan jika diiringi syahwat dan keluar mani. Adapun jika tidak diiringi syahwat dan tidak mengeluarkan mani, tidak membatalkan.

Termasuk yang dianggap membatalkan adalah keluar dari masjid tanpa keperluan pribadi yang mendesak. Begitu pula dianggap membatalkan jika seseorang niat dengan azam kuat untuk keluar dari I'tikaf, walaupun dia masih berdiam di masjid.

Seseorang dibolehkan membatalkan I'tikafnya dan tidak ada konsekwensi apa-apa baginya. Namun jika tidak ada alasan mendesak, hal tersebut dimakruhkan, karena ibadah yang sudah dimulai hendaknya diselesaikan kecuali ada alasan yang kuat untuk menghentikannya.


Yang dianjurkan, dibolehkan dan dilarang

Dianjurkan untuk fokus dan konsentrasi dalam ibadah, khususnya shalat fardhu, dan memperbanyak ibadah sunah, seperti tilawatul quran , berdoa, berzikir, muhasabah, talabul ilmi, membaca bacaan bermanfaat, dll. Namun tetap dibolehkan berbicara atau ngobrol seperlunya asal tidak menjadi bagian utama kegiatan i'tikaf, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dikunjungi Safhiah binti Huyay, isterinya, saat beliau i'tikaf dan berbicara dengannya beberapa saat. Dibolehkan pula membersihkan diri dan merapikan penampilan sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disisirkan Aisyah ra, saat beliau I'tikaf.

Dilarang saat I'tikaf menyibukkan diri dalam urusan dunia, apalagi melakukan perbuatan yang haram seperti ghibah, namimah atau memandang pandangan yang haram baik secara langsung atau melalui perangkat hp dan semacamnya.

Hindari perkara-perkara yang berlebihan walau dibolehkan, seperti makan, minum, tidur, ngobrol, dll.


Filosofi I'tikaf

I'tikaf, selain dikenal sebagai salah satu ibadah yang dianjurkan dalam Islam, dia merupakan ajaran yang direkomendasi syariat bagi mereka yang ingin lebih berkonsentrasi untuk membersihkan dan membina jiwanya agar hubungannya kepada Allah lebih kuat. Juga agar ketergantungannya terhadap dunia tidak mendominasi dirinya. Diharapkan, dengan I'tikaf, akan lahir kesadaran dalam jiwa seorang muslim, bahwa kebersihan hati dan jiwa yang tidak didominasi tuntutan duniawi merupakan syarat utama untuk mendapatkan keselamatan hidup, di dunia maupun akhirat.

Jika pada ajaran lain terdapat ajaran meditasi, bertapa atau semacamnya untuk membersihkan hati dan menimbulkan konsentrasi, maka hal seperti itu tidak dibenarkan dalam Islam karena tidak ada dalil yang mengajarkannya. Disamping, banyak praktek ibadah yang telah diajarkan memiliki fungsi seperti itu, dan I'tikaf termasuk di dalamnya. Kalaupun Rasulullah shallallahu alaih wa sallam pernah melakukan khulwah (menyendiri) di goa Hira, hal itu beliau lakukan sebelum menerima wahyu. Adapun setelah dirinya diangkat menjadi seorang Nabi, maka beliau tidak lagi melakukan khulwah dan tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan seperti yang pernah beliau lakukan di goa Hira.

Dalam konteks zaman sekarang, i'tikaf merupakan jawaban aplikatif atas budaya masyarakat yang cenderung mengakhiri bulan Ramadan dengan meninggalkan masjid dan beralih ke pusat-pusat perbelanjaan... maka, melakukan i'tikaf pada zaman sekarang, dapat dikatagorikan sebagai tindakan menghidupkan sunah yang telah banyak diabaikan masyarakat...

Wallahua'lam bishshaawab




Maraji;

- Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab, Imam Nawawi rahimahullah.

- Al-Mughni, Ibnu Qudamah rahimahullah.

- Hiwar fil I'tikaf Ma'a Samahatissyekh Al-Allamah Abdullah bin Jibrin, rahimahullah.

- Fiqhul I'tikaf, Dr. Khalid bin Ali Al-Musyaiqih. 


Pembatal Pahala Puasa | Kajian Hadits



قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ اَلزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ, وَالْجَهْلَ, فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Darinya (Abu Hurairah radhiallahu anhu), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan batil, serta prilaku bodoh, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya.”

(Hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud, redaksi berasal dari beliau)

Pemahaman Hadits dan Kesimpulan Hukum:

(الزور) dari segi bahasa berarti menyimpang jalan yang lurus. Maka, makna (قول الزور)adalah ucapan yang menyimpang dari kebenaran atau ucapan yang diharamkan, apakah dusta, gibah, namimah, dll. (الزور) sering diartikan dengan kata dusta, karena dusta merupakan bentuk penyimpangan yang paling nyata dari sebuah ucapan.

- (العمل به) maksudnya adalah (عمل الزور) yaitu semua perbuatan menyimpang yang diharamkan.

- Yang dimaksud ‘bodoh’ (الجهل) dalam hadits ini bukan lawan dari ilmu (ضد العلم)artinya tidak berilmu. Tapi bodoh yang dimaksud disini adalah lawan dari kesantunan dan akhlak mulia (ضد الحلم). Artinya adalah perbuatan yang tidak bermoral dan tidak terkendali, seperti marah, emosi, dll.

- Hadits ini memberikan isyarat tentang pembatal puasa yang bersifat maknawi, yaitu pembatal yang membatalkan nilai dan pahala puasa, apakah sebagiannya atau seluruhnya, tapi tidak membatalkan hukum puasa. Seseorang yang berpuasa, namun melakukan perbuatan yang diharaman, baik ucapan, perbuatan maupun tingkah laku, maka pahala puasanya akan berkurang ataupun gugur, namun puasanya tetap sah dan tidak diwajibkan mengqadhanya. Berbeda dengan pembatal puasa yang bersifat hukum, jika dilakukan maka puasanya batal, dan dia harus mengqadha di kemudian hari.

- Kaidah untuk membedakan antara pembatal puasa secara maknawi dan secara hukum adalah; Apabila sesuatu asalnya dilarang/haram (walau di luar puasa), maka dia adalah pembatal secara maknawi, melakukannya dapat mengurangi atau menggugurkan pahala puasa, namun tidak membatalkan secara hukum. Adapun jika sesuatu tersebut dilarang karena puasa (seperti makan, minum dan jimak) dan boleh dilakukan di luar puasa, maka melakukannya dapat membatalkan puasa secara hukum.

- Ibadah puasa bukan sebatas menahan lapar dan dahaga, tapi juga harus menahan diri dari perbuatan tercela serta diharamkan agama. Justeru itulah yang menjadi tujuan disyariatkannya ibadah puasa.

- Hadits ini tidak dipahami sebaliknya, bahwa perbuatan haram terlarang saat beribadah puasa, sedangkan diluar itu dibolehkan. Pemahaman yang benar adalah bahwa perbuatan haram tetap terlarang, baik saat puasa atau tidak. Hanya saja, penekanannya lebih kuat saat seorang berada dalam keadaan puasa, apalagi di bulan Ramadan. Sebagaimana haramnya zina bagi orang yang sudah tua atau haramnya berlaku sombong bagi orang fakir. Zina diharamkan bagi siapapun, namun terhadap orang tua dan sudah menikah, keharamannya lebih berat. Begitupula sombong, diharamkan bagi siapapun, akan tetapi lebih berat keharamannya jika ada orang fakir yang sombong.

Mu’allif (pengarang Kitab Bulughul Maram) mencantumkan hadits ini sebelum menyebutkan hadits-hadits lainnya tentang pembatal puasa secara hukum. Kami memperkirakan bahwa mu’allif ingin mengingatkan para pembaca agar tidak hanya memperhatikan pembatal-pembatal puasa yang bersifat hukum, tapi juga memperhatikan ‘pembatal-pembatal’ puasa yang bersifat maknawi. Wallahua’lam. [al-ikhwan.net]

Film Umar bin Khathab yang Menguras Air Mata

Oleh Sinta Yudisia*

Ramadhan 1433 H kali ini terasa berbeda.

Sebetulnya, kami sekeluarga sepakat untuk tidak menyetel televisi saat sahur, mengingat betapa mustajabnya doa-doa manusia di sepertiga malam terakhir. Lebih baik mengisi dengan banyak istighfar atau memanjatkan doa-doa yag menjadi hajat kepentingan dunia akhirat. Tapi, sejak menonton serial Umar bin Khathab, anak-anak bersegera bangun sahur dan meloncat sembari berseru – menyebut dua tayangan film spesial.

“….Siti Maryam….”

“….film Umar bin Khathab, Mi!”

Film Umar bin Khathab terasa demikian istimewa, bukan hanya karena ditayangkan saat ramadhan. Bagi yang pernah menonton Ar Risalah ( The Messenger), Di Bawah Kilatan Pedang; mungkin akan merasa bahwa film yang satu ini memang ‚beda’. Diproduksi secara kolosal, 10.000 figuran, melibatkan pemain peran dari 10 negara, memakan satu tahun produksi untuk 31 episode, didukung soundtrack yang cukup mewakili alur cerita; Umar bin Khathab mejadi salah satu film yang membuat hati terhanyut. Meski sekarang agak sebal juga, mengingat ratingnya yang semakin tinggi, iklannya juga semakin panjang. Meski menuai pro dan kontra sejak awal pembuatannya, - sebagian ulama tak setuju 4 khalifah rasyidin dipersonifikasikan dengan alasan, pemain perannya sungguh tak mewakili akhlaq para shabat yang sesungguhnya – film ini mendapat tanggapan meriah dari sejumlah negara.

Mengapa saya sekeluarga menyukai Umar bin Khathab?

Shiroh Nabawiyah , 60 Karakteristik Sahabat, buku-buku sejarah

Mungkin, otak kita lebih cepat menangkap sesuatu secara visual, berwarna-warni, gambar-gambar yang memiliki olah gerak dan gmbar kehidupan nyata. Buku memang dekat, tetapi dibutuhkan ektra energi untuk membangun imajinasi : seperti apa perang Badar? Seperti apa perjanjian Hudaibiyah? Kenapa sih Islam dan Rasulullah Saw begitu dibenci kaum kafir Quraisy, kaum Yahudi di Madinah?

Lewat film, kita menjadi lebih memahami. Sekalipun, sekali lagi, interpretasi orang bisa sangat berbeda meyikapi segala sesuatu. Saya dan suami berdebat terkait Hamzah.

”Wah, Hamzah di film Umar kurang garang,” kata suami. ”Lebih mewakili di ar Risalah.”

Meski kami berdua juga sepakat, belum menemukan pemain peran yang betul-betul bisa mewakili Hamzah, Singa Allah.

Membaca Shirah Nabawiyah atau 60 Karakterisitk Sahabat Nabi, saya sendiri agak kesulitan menghafal nama. Budaya Arab yang memperhatikan nasab, bahasa yang berbeda, membuat nama-nama asing terasa sulit diingat. Apalagi para pemain sejarah yang berawalan kata ”Abu”......wuah, saya angkat tangan. Yang sangat saya hafal tentu Abubakar dan Abu Lahab! Tetapi Abu Yazid, Abu Bashir, Abu Jandal? Siapa pula mereka? Di film Umar Alhamdulillah, kembali terbangun secara kokoh pemahaman hubungan antara tokoh, peristiwa, tempat-tempat bersejarah. Wahsyi-Bilal-Raihanna. Ikrimah-Khalid bin Walid- Walid bin Walid bin Mughirah. Abu Sufyan-Suhail bin Amr-Abu Lahab. Dan masih banyak lagi tokoh demi tokoh yang membuat kami memahami.

Ah, Rasulullah.

Begitukah kau melalui hidupmu selama ini?


PERAN TOKOH ANTAGONIS

Bahwa Abu Jahal terkenal sebagai musuh Islam, kita faham. Tapi kejahatan macam apa yang membuatnya terjatuh dalam jurang kehinaan? Sebagai manusia, tentu ingin berkaca, jangan sampai terjatuh pula kita pada lubang yang sama.

Memerankan tokoh antagonis, jahat, tentu tidak seperti sinetron-sinetron biasa yang menggambarkan seorang tokoh jahat harus bermuka jelek, bengis, berteriak-teriak, berkata kotor, selalu memaki dan memandang remeh si tokoh protagonis. Dalam sebuah film, kehidupan realitas dicoba digambarkan demikian dekat. Tokoh jahat tidak mesti memaki , tetapi dengan senyum dan kalimat halusnya, ia bisa memutar balikkan fakta. Ia tidak mesti bengis, tapi kita bisa dibuat gemetar lantaran tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi akal licinnya.

Dalam film Umar, ada beberapa tokoh antagonis yang dapat membuat kita semakin memahami arti kedatangan Islam dan Rasulullah Saw :

1. Abu Jahal 

Bangsawan Quraisy ini merupakan tokoh yang disegani. Ia selalu memimpin sidang paripurna di Aula Pertemuan. Bukan hanya sekedar punya kedudukan kuat, Abu Jahal sangat brillian memutar balikkan kondisi Nabi dan para pengikutnya. Kharismatik, provokator ulung. Selalu punya segudang cara untuk menghasut dan menindas kaum muslimin. Kedatangan Islam memang meruntuhkan semua paradigma kaum bangsawann : budak hitam macam Bilal, bisa berbicara setara dengan Abubakar! Kedudukan Muhammad yang disegani dan dicintai, menggerogoti keyakinan kaum Quraisy. Hingga perang Badar berlangsung, sungguh kita justru memahami, pantaslah Nabi dimusuhi para pembesar Quraisy. Belum pernah terjadi kondisi demikian egaliter.

2. Hindun

Cantik, mahir bersyair. Kecantikan dan mulut manisnya mampu merayu Wahsyi agar bersedia membunuh Hamzah. Syairnya pula mampu menghasut para lelaki, : ”apakah kalian akan duduk-duduk seperti kaum perempuan, sementara kaum kita dibunuh para budak di perang Badar?”

Hindun adalah prototype masyhur, sebuah peperangan bisa berkobar karena dorongan perempuan. Pasca Badar Hindun tak henti-henti memprovokasi kaum Quraisy untuk membuat perhitungan dengan kaum muslimin. Dan, kepada Wahsyi, Hindun menjanjikan satu hal paling diimpikan seorang budak yang hidupnya habis bersama kotoran dan kandang kuda : kemerdekaan.

3. Abu Sufyan

Abu Sufyan menggantikan posisi Abu Jahal di perang Badar. Sama kharismatik, provokator ulung. Merancang sekian banyak taktik dan strategi untuk melawan Nabi Saw. Berbeda dengan Abu Jahal yang ambisi utamanya menghabisi Nabi, Abu Sufyan agaknya mulai sadar bahwa lambat laun kekuatan kaum muslimin mulai terhimpun. Di Aula Abu Sufyan memfasilitasi Ikrimah, Khalid, Suhail untuk mengemukakan strategi terbaik memusuhi Nabi.

4.Suhail bin Amr

Abu Jahal, Hindun, Abu Sufyan adalah nama yang familiar. Suhail? Saya pernah mendengarnya beberapa kali, tapi tak seberapa faham. Di film Umar, Suhail mendapatkan porsi penting, sebagaimana perkataan Umar.

”Tidaklah suatu kaum mengutus Suhail bin Amr, kecuali untuk sebuah perjanjian.”

Suhail menginisiasi perjanjian Hudhaibiyah yang kelak, justru akan sangat merugikan kaum Quraisy.


TOKOH PROTAGONIS

Siapa saja di film Umar?

Hm, check it out! Seberapa jauh kita mengenal sejarah Nabi. Jadi ingin membuat film-film shahabat dan shahabiyah ya...

Umar bin Khatab (terlalu kalau tidak mengenalnya!)
Abubakar
Ali
Utsman
Fathimah bin Khatab
Bilal
Hamzah
Abu Bashir
Abdullah bin Suhail
Abu Jandal
Raihana
Walid bin Walid bin Mughirah
masih banyak lagi....



ADEGAN YANG MENGURAS AIRMATA


Mari kita menangis bersama , sampai suami berkata, “...persediaan air matanya banyak banget?”

Ya. Hampir tiap episode saya dan anak-anak menangis. Di adegan mana sajakah itu?

Umar & surat Thoha

Umar di awal begitu antagonis. Tapi kejahatan Umar dan Abu Lahab sangat berbeda, sebab Umar sejak awal tak suka menidas orang lemah. Berbeda dengan Abu Lahab yang sangat arogan dan licik. Umar membenci Muhammad sebab dianggap memecah belah Arab. Kisah yang sangat terkenal adalah ketika ia menampar Fathimah hingga berdarah, tetapi akhirnya mampu membaca dengan mata kepala sendiri, ayat-ayat yang dibaca Fathimah.

“Thoha. Ma anzalna alaika Quran litasyqo..”

Wajah lelah, marah, kebingungan Umar campur aduk. Ia belum pernah mendengar sendiri ayat-ayat Quran.

“…inikah yang membuat orang-orang Quraisy murka?”

2. Thola al Badru

Apapun versi filmnya, peristiwa hijrahnya Rasul dan sambutan orang Madinah tak dapat dikisahkan lewat kata-kata. Thola al Badru adalah lagu wajib kaum muslimin, terutama anak-anak untuk menggmabrkan kecintaan yang besar pada Nabi yang telah menjalankan misi ini dengan segenap penghinaan, kesakitan, dukalara dan segala macam nestapa yang hanya sanggup dipikul seorang Nabi.

Jadi, waktu soundtrack Thola al Badru mengalun bersama unta Nabi memasuki Madinah, airmata kami mengucur deras.

Anak saya sampai berkata,

“....kok kita nggak hidup di zaman Nabi aja ya Mi?”

3. Wahsyi yang (tidak) merdeka

Wahsyi hanya menginginkan kemerdekaan, maka ia menerima perintah Hindun. Sesaat setelah membunuh Hamzah, Hindun mengumumkan kemerdekaannya dan memberikan semua perhiasannya kepada Wahsyi. Wahsyi bersorak dan pongah, Raihanna berkata, ” tunggulah esok hari, Wahsyi, kau akan tau apakah kemerdekaan itu.”

Esok harinya, Wahsyi berdandan ala orang merdeka.

Di jalan ia tersenggol orang , yang serta merta memanggilnya, ” lihat jalanmu hai Budak!”

Wahsyi memasuki aula yang dipimpin Abu Sufyan, semua pembesar Quraisy mentertawakannya. Tuannya berkata, ” kau urus kudaku saja!”

Maka Wahsyi berlari ke rumahnya dan menangis tersedu. Ia tak mungkin bergabung dengan kaum muslimin sebagaimana Bilal, sebab kaum muslimin tentu membencinya. Kemerdekaan yang dijanjikan Hindun, tak berlaku bagi masyarakat Quraisy. Ia tetap budak! Benar apa yang diisyaratkan Raihanna, kekasihnya. Bahwa Bilal merdeka karena menjadi muslim dan sejak itu ia setara dengan seluruh kaum muslimin entah mereka bangsawan, pedagang, prajurit. Tetapi Wahsyi, kemerdekaannya adalah semu. Ia tak akan pernah bebas merdeka sebagaimana harapan Wahsyi akan janji Hindun kepadanya.

4. Abu Jandal terjebak Hudhaibiyah

Di film Umar, kita akan mengenal 3 tokoh yang mendapat peran penting; Suhail bin Amr- Abdullah- Abu Jandal. Suhail adalah ayah kedua pemuda, Abdullah & Abu Jandal. Abdullah dan Abu Jandal telah menjadi muslim yang menentang Suhail. Keduanya ditawan dan dirantai dengan rantai besi, dikunci di ruang gelap. Dengan akal bulusnya, Abdullah berhasil menipu Suhail dan hijrah ke Madinah. Abu Jandal tidak ikut. Ia bimbang, antara kecintaannya pada Nabi Saw dan kecintaannya pada Suhail , sang ayah.

Berkali-kali Abu Jandal berniat kabur, tetapi berhasil tertawan kembali.

Suatu saat, ia berhasil melarikan diri, hingga Madinah.

Tepat di gerbang, ketika pernjanjian Hudhaibiyah baru saja ditandatangai Suhail dan kaum muslimin ( Nabi, Umar, Abubakar, Ali, Abdullah). Di gerbang Madinah, Suhail mencengkram lengan Abu Jandal. Umar, Abubakar, Abdullah hanya menatap pilu.

Abu Jandal berteriak pedih,

”Wahai kaum muslimin....apakah kau akan mengembalikanku pada kaum yang memfitnah agamaku??”

Abdullah menahan tangis.

Umar berkata,” demikianlah perjanjian kami.”

Abubakar menyampaikan pesan dari Nabi Saw yang terkenal, ” sabarlah Abu Jandal. Allah mengetahui kaum mustadhafin (lemah). Bersamamu akan ada kemudahan dan jalan keluar.”

Kami menangis di babak ini.....

Sebab, bagaimana perjuangan Abu Jandal di tengah tekanan ayahnya Suhail, dan bagaimana ia mencoba berkali melarikan diri. Di pintu Madinah, perjanjian Hudhaibiyah yang mengatakan, bila ada orang Mekkah hijrah tanpa seizin walinya, harus dikembalikan. Dan di gerbang Madinah, Abu Jandal melihat Abdullah berada dalam barisan kaum muslimin sementara ia segera diseret ayahnya kembali ke Mekkah.

5. Walid bin Walid bin Mughirah dengan luka di kaki

Walid bin Walid bin Mughirah adalah saudara satu ayah berbeda ibu dengan Khalid bin Walid. Kalau Khalid, tentu namanya familiar kan? Walid lebih dahulu memeluk Islam. Bersama Abu Bashir, Abu Jandal, dan kamu muslimin yang tidak dapat masuk ke Madinah karena terikat perjanjian Hudhaibiyah; mereka juga tidak ingin kembali ke Mekkah yang berisi para penindas. Akhirnya, kelompok yang dimotori Abu Bashir membuat satu koloni baru di luar Mekkah dan Madinah. Koloni ini mengganggu pedagang Mekkah, hingga akhirnya perjanjian Hudhaibiyah terpaksa dibatalkan sebab kerugian pihak Abu Sufyan jauh lebih besar sementara kaum muslimin justru semakin kuat terhimpun.

Ketika perjanjian Hudhaibiyah dibekukan, Nabi mengirim utusan ke koloni untuk menjemput kaum muslimin.

Betapa bahagianya koloni Abu Bashir, sekalipun Abu Bashir tak dapat ke Madinah karena meninggal . Dalam perjalanan dari wilayah koloni ke Madinah, unta hanya 3 ekor. Kaum muslimi bergantian. Sang bangsawan Walid berjalan, Abu Jandal di atas unta. Kaki Walid terluka hingga berlumur darah. Abu Jandal meneriakinya

”sudah kukatakan agar kau naik unta!”

Walid terduduk sejenak, mengelus kakinya.

“....biarlah, kaki ini terluka di jalan Allah.”

6. Pertemuan Abdullah dan Abu Jandal

Koloni Abu Bashir tiba di Madinah, disambut hangat Umar dan Abubakar. Abdullah dan Abu Jandal bertatapan, berpelukan.

Setelah perjuangan yang lama, panjang, berliku, berpisah tempat meski hati bertaut dalam keimanan, akhirnya Abdullah dan Abu Jandal bertemu kembali.

”Akhiina Abu Jandal,” gumam Abdullah.


Selain lebih memahami jalannya sejarah.
Lebih memahami tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya.
Siap-siap terkuras airmata.

Di titik ini, rasanya, semua penderitaan, kesedihan dan pengorbanan kita masih belum apa-apa dibanding para shahabat dulu.

Meski film ini berjudul Umar bin Khatab, perasaan cinta kepada Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya –kita yang selama ini sudah tercemari kelelahan mengurus segala tetek bengek perkara duniawai- akan tersemai kembali.

Andai kita ikut hijrah.
Andai kita ikut membangun Khandaq
Andai kita bisa melihat senyum Rasulullah Saw.


EPILOG SEMENTARA
(sebab masih berkelanjutan episodenya)

Pasca perjanjian Hudhaibiyah, Rasul mengutus sahabat untuk menyampaikan surat ke Persia, Romawi dll. Kaum Quraisy mengejek kaum muslimin. Abu Sufyan, Ikrimah, Khalid (semuaya belum muslim) menghina.

”Kalian akan mencoba merambah Persia dan Romawi, padahal kalian sendiri masih belum dapat mengalahkan kami?”

Lagi-lagi kami menangis.

Nabi yang dihinakan macam itu, tetap teguh dalam kesabaran dan menatap optimis masa depan. Tetap mendoakan kebaikan bagi kaumnya

Nis, anakku berkata berkali-kali,

”....andaikan kita hidup di zaman Nabi ya Mi.”

Aku hanya bisa berkata,

”.....sanggupkah kita bersabar seperti Abubakar, Umar, Abu Jandal dan yang lainnya? Sanggupkah kita tetap percaya pada Nabi Saw seperti mereka –para shahabat- disaat kita dihina dan direndahkan?”


*http://www.facebook.com/notes/sinta-yudisia-ii/film-umar-bin-khathab-beberapa-adegan-spektakuler/328568570566832

Sabtu, 04 Agustus 2012

Kritik Pedas Anis Matta Atas Dunia Pendidikan

Wakil Ketua DPR RI Anis Matta, melayangkan kritik pedas terhadap kurikulum yang diterapkan dalam dunia pendidikan Tanah Air.

Menurut Anis, dengan kurikulum yang saat ini dijalankan, penggelontoran dana pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN atau Rp200 triliun akan sia-sia saja. Pasalnya, kurikulum tersebut tidak akan menghasilkan mutu pendidikan yang memadai.

"Karena tidak diajari tentang pendidikan finansial dan entrepreneurship maka ketika kita menjadi sarjana, satu-satunya prestasi yang bisa dilakukan adalah membuat surat lamaran kerja. Tidak pernah kita mendengar seorang mahasiswa kita lulus kuliah lalu membuka lowongan kerja," kata Anis, di hadapan para tokoh dalam acara Safari Ramadan, di Solo, Jawa Tengah, kemarin. 

Anis menilai, kurikulum yang saat ini diterapkan hanya mendidik murid menjadi tidak mandiri dan tidak mampu mengelola kemampuan pribadinya. Seharusnya, kata Anis, sejak tingkat SD hingga perguruan tinggi, ada mata pelajaran maupun mata kuliah pendidikan finansial dan entrepreneurship.

Dia mengambil contoh entrepreneurship yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil, Nabi Muhammad mengembangkan kemampuannya dengan membuka jasa pengelolaan ternak. Dari jasa pengelolaan ternak tersebut, Nabi Muhammad SAW mampu membelikan mahar berupa 100 ekor unta.

"Bila satu ekor unta seharga Rp10 juta, berarti saat berumur 25 tahun beliau telah mempunyai harta Rp 1 miliar untuk membeli unta. Ini contoh dalam mendidik anak-anak kita ke depan," papar Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.


sumber: okezone.com





Kader Modal Utama Dakwah

"Kader dengan kadar militansi yg selalu hidup, proporsional dan lurus lebih mahal dari sarana apa pun. Banyak penderma kecewa ketika sumbangan yg mereka berikan hanya menjadi sarana dan tak dapat menjadikan perubahan, karena perubahan -- sekali lagi -- dimulai dari diri para kader. Ketika panglima perang Qadisiyah meminta kpd Khalifah Umar 4.000 mujahid utk menguatkan pasukan yg ada di front, beliau mengirimkan 4 mujahid. Keheranan mereka terjawab dengan surat yg dikirimkan, 'Kukirimkan kepadamu 4 mujahid yg setiap orangnya menyamai 1.000.'" (Syaikh Rahmat Abdullah, dikutip dari buku "Dakwah Visioner")



Ulasan :
Dalam setiap organisasi, sumber daya terpenting adalah SDM, alias kader-kadernya. Uang, bahan baku, sumber energi dan sebagainya memang penting. Akan tetapi, sumber-sumber daya tersebut tak bisa mencetak SDM, sedangkan SDM yang hebat akan bisa mendapatkan dan mengolah sumber-sumber daya lainnya. Oleh karena itu, kaderisasi harus selalu menjadi pokok perhatian kita bersama, karena jamaah hanya bisa menang jika dikawal oleh kader-kader unggul; unggul akalnya, unggul jiwanya, dan unggul fisiknya. Kader-kader tersebut harus militan, sebab musuh-musuh dakwah pun tidak kalah militannya. Tentu saja, militansi pun perlu diberi catatan, sebagaimana diulas oleh Ustadz Rahmat di atas: militansi itu harus hidup, proporsional dan lurus.

Akmal, ST., M.Pd.I.
 
Manajer Div. Workshop & Training
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS)

Apa Beda Puasa dengan Ibadah lain? | Kultwit @dedhi_suharto



Oleh dedhi suharto
@dedhi_suharto
Penulis buku Qur'anic Quotient & Negarawan Qur'ani


  1. Bismillahirrahmanirrahim, apa beda puasa dengan ibadah lain? #untukKu
  2. Pertama, ibadah lain itu aktif. Sdgkan ibadah puasa itu pasif. Cuma nahan lapar, haus, dn seksual aja. Tapi justru itu hebatnya. #untukKu
  3. Justru karena pasif, maka puasa mampu lahirkan ikhlas. Sebab gak ada yg bisa dibanggain dari sesuatu yang pasif. #untukKu
  4. Kedua, dan karena itu bila ibadah yang lain adalah "lahu" (untuk si pelaku) maka ibadah puasa itu "lii" ( #untukKu -> Allah SWT).
  5. Konsekuensinya beda "rule of the game"-nya. Ibadah "lahu" pahalanya sudah ditentukan. Bisa 10 x lipat sampai 700 x lipat. #untukKu
  6. Baca Al Qur'an, misalnya, 10 kebaikan u satu huruf. Baca basmalah sdh dpt 190 kebaikan. Kalo 1 trilyun huruf ya dpt 10 trilyun. #untukKu
  7. Kalo sedekah dikalikan 700. Infak 2000 Trilyun (melebihi APBN) dapat 1.400.000 Trilyun. Gede gak tuh? #untukKu
  8. Ternyata 1.400.000 Trilyun itu kecil. Padahal siapa yang bisa infak segitu? Mungkin juga sih. #untukKu
  9. Kalo 1.400.000 Trilyun kecil, gedenya seberapa dong? Pokoknya selama komputer tercanggih masih bisa ngitung berarti keciiiiiiil. #untukKu
  10. Bandingkan dg puasa. Karena ibadah "lii" ( #untukKu ) maka "rule of the game"-nya: wa ana ajzibih (Aku yg akan membalasnya, kata Allah).
  11. Bs dibalas dgn 0, 10, 700, 1 Trilyun, 2 Juta Trilyun, bhkan tak trhingga: smpai komputer tercanggih terakhir tak mampu ngitung. #untukKu
  12. Pokoknya terserah Allah SWT mau balas berapa pun bisa. Khan puasa itu #untukKu, kata Allah.
  13. Karena itu terkuak rahasia hadits: lishshoimi farhatan. Bagi orang yg puasa terdapat 2 kegembiraan. #untukKu
  14. Pertama, gembira saat berbuka (maghrib masih lama ya? hehe). Kedua, gembira saat jumpa Allah SWT kelak. #untukKu
  15. Org yg baca Al Qur'annya minimalis, sedekahnya rada pelit, tarawihnya supercepat, dosanya seabrek2, brtemu Allah ya pasrah aja. #untukKu
  16. Kayaknya bakal nunduk tuh di hadapan Allah. Tapi boleh jadi Allah tunjukkan ibadah puasanya dan ia terkejut. #untukKu
  17. Ia pikir setelah dikurangi dosa2nya, pahalanya mgkin minus. Ini kenapa saldo pahalanya msh sebesar gunung? Sungguh sgt gembira! #untukKu
  18. Rupanya ktk puasa Ramadhan dulu ia berhasil cegah dirinya dr korupsi (makan harta orang lain dg cara yg bathil) krn ikhlasnya. #untukKu
  19. Padahal ia seorang pejabat di Indonesia yg korupsi sudah membudaya (?). Jadi pantas Allah balas dg balasan yg tak terhingga. #untukKu
  20. Aku berharap orang itu adalah aku, kamu, dan orang2 shalih lainnya. Amin.#untukKu