Oleh: AFRINALDO - afrinaldo108@gmail.com Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Namun rasa ingin tidur terkalahkan oleh kondisi batin yang sangat ingin sekali untuk menumpahkan buah fikiran dalam rangkaian kata yang bisa dicerna orang banyak. Hari ini terasa sangat berharga. Target harian yang telah disusun berjalan sesuai rencana. Ada nilai lebih yang tidak dapat dicegah hinggap pada diri malam ini. Keinginan untuk menulis begitu kuatnya. Dengan dimulai basmalah saya pun mulai menumpahkan beban fikiran yang didapat hari ini.
Sewaktu memeriksa email masuk, mata saya tertancap pada sebuah topik yang sedang hangat-hangat dibicarakan beberapa waktu. Kenaikan BBM. Pemerintah seakan menutup telinga dalam menghadapi tuntutan rakyat yang menjerit akibat kebijakan yang sangat tidak berpihak kepada rakyat kecil. Dengan alasan untuk menyesuaikan harga minyak Indonesia dengan harga minyak dunia. Seharusnya pemerintah lebih mempertimbangkan rakyat daripada sibuk menuruti kemauan dunia, karena pemerintah adalah lembaga yang dibuat dengan tujuan untuk melayani dan mensejahterakan rakyat.
Hal yang lebih anehnya lagi, dengan kondisi Indonesia yang sangat memprihatinkan dari segi perekonomian, ada oknum-oknum pemerintah yang berlagak sombong dengan kekayaannya sehingga tidak tahan untuk memamerkannya kepada khalayak ramai agar dipandang sebagai orang yang bermartabat. Ini adalah manusia yang tidak memiliki rasa malu dan peduli. Di tengah-tengah keadaan yang sulit seperti ini diperparah dengan okmum PNS yang korupsi. Meminjam kata-katanya Mas Erie Sudewo, “ini yang menyebabkan Kerusakan di Indonesia menjadi SEMPURNA”.
Betapapun sempurnanya kerusakan dari bangsa ini, tidak harus membuat kita menjadi bangsa yang pesimis. Hal itu ditandai dengan banyaknya anak bangsa yang mengukir prestasi. Diantaranya keberhasilan 23 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merakit mobil Esemka. Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan mengatakan. ,”Siapapun akan bangga melihat perkembangan itu. Berita mengenai pelajar kita tidak lagi melulu soal perkelahian. Kini mengenai prestasi mereka”. 1
Tidak kalah membanggakan. Di PTPN VI Jambi yang merupakan salah satu BUMN Indonesia, ada banyak tubuh-tubuh seksi yang memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia: peternakan sapi yang dikombinasikan dengan perkebunan kelapa sawit. Sudah lebih satu bulan ujicoba sapi-sawit ini dilakukan. Memanfaatkan pelepah kelapa sawit untuk makanan ternak. Begitu banyak pelepah yang terbuang. Ini karena kelapa sawit tidak bisa dipanen kalau pelepah yang melindungi tandannya tidak dibuang.
Setiap pohon sawit rata-rata panen 20 kali setahun. Berarti setiap pohon membuang 22 pelepah yang bisa dijadikan makanan ternak. Pelepah itulah yang dimasukkan ke mesin pencacah. Dihancurkan sampai lembut. Selembut cacahan rumput. Lalu dicampur bungkil dari pabrik pengolahan sawit. Ditambah lagi blotong yang diambil dari buangan pabrik yang sama.
Betapa murahnya makanan ternak seperti ini. Kontras dengan peternakan yang ada. Betapa banyak peternak (sapi, kambing, ayam, bebek, lele, gurami) yang terjerat harga pakan yang mahal. Akibatnya peternak kita kurang bergairah. Akibatnya kita selalu kekurangan daging. Akibatnya kita harus impor sapi. Impor lagi. Impor lagi. Tahun lalu Indonesia mengimpor 350.000 ekor sapi! Kenyataan tingginya impor sapi inilah yang menantang siapa pun. Dan PTPN VI Jambi telah berusaha menemukan solusinya dengan mengkombinasikan sapi-sawit.
Yang menarik menurut saya, pemilihan model kandangnya yang praktis. Ada dua model kandang: model berlantai semen yang tiap hari harus dibersihkan atau model lantai jerami yang hanya tiap tiga bulan diperbaharui. Dua-duanya sama baiknya.
Kalau model lantai semen yang dibuat agak miring, kotoran sapi itu bisa dimanfaatkan untuk bio gas. Sedang air kencingnya bisa untuk pupuk. Jangan meremehkan air kencing sapi. Kini harga air kencing itu sudah lebih mahal dari Coca-cola! Begitu bagusnya kandungan pupuk air kencing sapi, sehingga harganya kini mencapai Rp10.000/liter! Wuih, lebih mahal juga dibanding pertamax dan premium-pen.
Kalau lantai kandang itu terbuat dari hamparan sabut, tidak perlu dibersihkan setiap hari. Biarlah tinja sapi bercampur dengan Coca-colanya menyatu dengan sabutnya. Setiap tiga bulan lantai itu bisa diambil. Menjadi pupuk organik yang luar biasa. Pupuk inilah yang akan menyuburkan perkebunan sawit. Menggantikan hilangnya pelepah-pelepah yang selama ini dibiarkan membusuk di bawah pohon. -Ide yang sangat kreatif-pen.
Ide ini sangat mungkin untuk dikembangkan. Diluar sana banyak masyarakat yang memiliki kebun sawit sendiri. Jika ini bisa diduplikasi rakyat, kita optimis impor kawanan bertubuh seksi itupun bisa dikurangi, selain itu juga bisa menambah pendapatan masyarakat. 2
Sangat patut dicontoh motto yang diterapkan Pak Dahlan Iskan selama menjadi Dirut PLN dan sekarang Menneg BUMN yakni: “bekerja, bekerja, bekerja”. Hal ini mengingatkan saya pada tulisan pak Hepy Trenggono dalam bukunya Menjadi Bangsa Pintar, “Bangsa Pintar bertindak sebagai pemain, bangsa bodoh bertindak sebagai penonton”. 3 Betapapun cerdasnya seorang penonton tidak akan berpengaruh terhadap hasil akhir, walaupun mulut berbusa untuk memberikan analisa dan solusi yang mumpuni. Namun selemah-lemah pemain, walaupun hanya memberikan sedikit kontribusi tapi cukup baik untuk menambah dorongan semangat dari pemain lainnya. Begitupun dalam kehidupan berbangsa yang kita jalani, jangan memperbanyak jumlah penonton dan komentator. Yang kita harus lakukan adalah menjadi pemain yang nantinya sedikit banyak akan mempengaruhi hasil akhir sesuai dengan yang kita inginkan. Talk Less Do More.
“Pada akhirnya, yang dinilai itu bukanlah apa yang berhasil kita rencanakan dan sampaikan, tapi apa yang telah kita perbuat untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan.” Ini selaras dengan apa yang Allah perintahkan kepada kita semua:
“….,Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah:105)
Wallahualam…
Referensi:
1. Menneg BUMN Dahlan Iskan, Artikel “Mobnas, Jangan Paksa Tiba-tiba Jadi Ma’rifat”,
2. Menneg BUMN Dahlan Iskan, Artikel “Manajemen kapasitas dibalik kandang sapi”.
Hepy Trenggono, “Menjadi Bangsa Pintar”.